0

Unstoppable (2010)


Story : Sebuah kereta barang yang memiliki muatan bahan kimia berbahaya berjalan dengan kecepatan tinggi tanpa ada masinis yang mengendarainya akibat kesalahan yang dilakukan oleh Dewey yang turun pada saat kereta berjalan untuk mengubah tuas pada rel. Kereta tak bermasinis itu meluncur dengan kecepatan tinggi menuju daerah pemukiman penduduk dan pada jalur yang sama juga terdapat kereta yang membawa rombongan anak sekolah yang sedang darma wisata. Sementara di tempat lain, Frank (Denzel Washington), seorang masinis yang sudah berpengalaman mendapat rekan kerja baru, Will (Chris Pine) yang baru pertama kali memulai pekerjaannya sebagai kondektur. Keduanya membawa kereta barang yang berada pada jalur yang sama dengan kereta tak bermasinis. Sementara berbagai usaha dilakukan oleh perusahaan pemilik kereta tersebut, Frank yang tidak yakin usaha itu akan berhasil memutuskan untuk menghentikan kereta liar itu dari kereta yang berbeda. Sementara itu, kereta tak bermasinis itu terus melaju menuju Stanton, sebuah kota yang padat penduduk.


Review : Unstoppable sebuah film karya Tony Scott yang juga membuat Taking Pelham sebuah film yang memiliki setting yang mirip yaitu di atas kereta. Unstoppable cukup menjanjikan dengan memberikan ketegangan sepanjang film layaknya kita yang berada di atas kereta tersebut. Dua pemeran utama film ini yang mungkin sudah tidak asing lagi keterlibatan mereka dalam film-film penuh aksi yaitu Denzel Washington dan Chris Pine. Dimana keduanya berperan sebagai masinis kereta yang berusaha menghentikan kereta liar tersebut. Pastinya banyak yang membandingkan film ini dengan Taking Pelham 123, mengingat sutradara kedua film tersebut sama dan setting yang hampir mirip. Tapi Unstoppable jauh lebih baik dibandingkan Taking Pelham, lebih tegang, lebih penuh aksi dan lebih seru pastinya.

Ketegangan pun dimulai sejak awal film, ketika bagaimana kereta tak bermasinis itu lepas kendali dan ketika kereta itu berpapasan dengan sebuah kereta yang membawa rombongan anak sekolah, seakan-akan kita dibuat menahan nafas sejenak. Semakin jauh film berjalan semakin tegang pula kita dibuatnya, usaha untuk menghentikan kereta serta aksi Denzel dan Chris di atas kereta semakin menambah ketegangan. Di luar semua ketegangan yang disajikan, Unstoppable juga dibumbui oleh sedikit drama, latar belakang kehidupan Frank dan Will diceritakan di sini. Walaupun itu cuma sekilas saja tapi cukup memberikan waktu untuk menghela nafas sejenak dari ketegangan yang ada.

Bila kita membandingkan Unstoppable dengan film sejenis seperti Speed 1 dan 2 tentunya film ini masih lebih baik dibandingkan keduanya. Kombinasi antara Taking Pelham dengan Speed justru memberikan hasil yang lebih memuaskan. Dengan segala elemen ketegangan yang ada dalam film ini, Unstoppable mungkin menjadi salah satu film breathtaking tahun ini. Jadi, bersiaplah untuk merasakan ketegangannya.


RATE : 4/5

1

Harry Potter and the Deathly Hallows Part 1 (2010)


Story : Pasca kembalinya Lord Voldemort dan kematian Dumbledore dunia sihir kini diselimuti ketakutan. Rufus Scrimgeour, menteri sihir yang baru berjanji akan menangkap Voldemort. Sementara itu, Harry yang belum berumur 17 tahun berencana untuk keluar dari rumah keluarga Dursley. Dibantu teman-temannya Harry keluar dari rumah itu menuju rumah keluarga Weasley, namun kedatangan Death Eater memaksa mereka kembali dalam pelarian. Petualangan mereka dimulai, dengan mencari Horcrux dan menghancurkannya, tapi Harry menemukan rahasia lain. Deathly Hallows, 3 benda paling berbahaya di dunia sihir, dan Voldemort mencari benda tersebut.


Review : Harry Potter memasuki seri yang ketujuh yang merupakan seri terakhir franchise ini. Untuk seri yang ketujuh ini, Harry Potter and the Deadly Hallows dibagi menjadi 2 bagian. Bagian pertama yang awalnya direncanakan untuk tayang dengan format 3D juga akhirnya batal. Sementara untuk bagian kedua yang akan ditayangkan Juli tahun depan tetap akan menggunakan format 2D dan 3D. Untuk sutradara sendiri, adalah David Yates yang juga menjadi sutradara di beberapa seri sebelumnya. Menjadi sebuah keharusan bagi David Yates yang tentunya sudah mengenal baik franchise ini untuk menjadikan seri penutup Harry Potter sebagai film yang memorable bagi para fansnya. Pada awalnya sedikit meragukan apakah film ini akan lebih baik dari sebelumnya dan keraguan pun terjawab setelah menyaksikannya. Bagian pertama dari Deathly Hallows menyajikan petualangan yang berbeda dimana sepanjang film kita disajikan oleh sebuah petualangan yang menegangkan dan kali ini hubungan emosional antara ketiga tokoh utama, Harry, Hermione dan Ron akan menjadi penghias perjalanan mereka. Cerita kali ini berkisar pada perjalanan ketiga tokoh ini sepeninggalan Dumbledore untuk menemukan Horcrux untuk mengalahkan Voldemort. Bermula dari pelarian Harry dari rumah keluarga Dursley hingga sampai ke rumah keluarga Weasley dimana pada akhirnya mereka harus lari karena kedatangan Death Eaters. Dari sinilah masalah demi masalah terjadi serta berbagai rahasia mulai terungkap. Ditambah konflik diantara ketiganya yang semakin menyulitkan perjalanan mereka. Di sini kita dapat melihat bagaimana hubungan antara ketiganya berkembang. Memang untuk bagian pertama ini lebih banyak drama ketimbang pertarungan adu ilmu sihir, tapi semua itu memang layak untuk diikuti.

Dalam seri terakhir ini, muncul beberapa karakter baru, seperti Menteri Sihir Rufus Scrimgeour yang diperankan oleh Bill Nighy, kemudian ayah dari Luna Lovegood, Xenophilius Lovegood yang diperankan oleh Rhys Ifans serta Mundungus Fletcher yang diperankan oleh Andy Linden dan beberapa karakter minor lainnya. Walaupun kemunculan mereka cukup jarang, tapi memegang peranan cukup penting dalam cerita. Sekarang apabila kita melihat relevansi cerita di film dan novel, ada bagian yang tidak terdapat di novelnya tapi bisa ditemukan di film. Begitu juga sebaliknya, beberapa bagian dari novel ada yang tidak muncul di film, mungkin saja untuk mempersingkat durasi mengingat betapa tebalnya novel seri terakhir ini.

Dengan dibaginya seri terakhir ini menjadi 2 bagian, memberi kesempatan bagi Yates untuk bisa mengeksplor potensi dari seri terakhir ini, sehingga tidak terkesan terlalu terburu-buru. Tentunya tidak sabar menunggu bagian kedua dari seri ini yang akan hadir July tahun depan. Deathly Hallows Part 1 cukup berhasil membuka seri terakhir Harry Potter yang akan menjadi epic finale perjalanan panjang seri ini.


RATE : 4/5

0

Monsters (2010)


Story : 6 tahun berlalu sejak kemunculan makhluk asing di Bumi, kini perbatasan Amerika dan Meksiko menjadi wilayah terinfeksi dan terlarang. Pasukan dari kedua negara itu terus menghadapi invasi makhluk asing yang semakin meluas. Di perbatasan Amerika pun dibuat tembok besar untuk menghalangi makhluk tersebut. Sementara itu, Andrew Kaulder, seorang jurnalis bertugas untuk membawa pulang seorang gadis anak dari pimpinan koran tempat dia bekerja, Samantha dari Meksiko menuju Amerika. Awalnya semua terlihat mulus, kemudian masalah berlanjut ketika mereka gagal menaiki perahu ke Amerika sehingga mereka terpaksa harus melalui wilayah terlarang. Dari sini perjalanan mereka dimulai, dimana mereka akan menghadapi berbagai masalah. Sejalan dengan itu, hubungan antara keduanya pun tumbuh dan berkembang.


Review : Mungkin yang diharapkan dari sebuah film sci-fi ini adalah makhluk asing yang menyerang kota lalu manusia yang terancam musnah oleh keberadaan mereka. Sayangnya bukan hal seperti itulah yang ditampilkan oleh Monster, melainkan sebuah drama hubungan antara seorang pria dan wanita dalan perjalanan mereka untuk melewati sebuah daerah terlarang. Makhluk asing dan sci-fi disini justru hanya menjadi aksesoris semata. Gareth Edwards, sutradara sekaligus penulis skenario, menggarap film ini dengan dana yang tergolong sangat rendah untuk sebuah film bertaraf internasional. Oleh karena itu, aktor dan aktris yang berperan dalam film ini pastinya biasa saja, begitu pula visual effect yang digunakan tergolong cukup sederhana. Beberapa pemain tambahan yang muncul di film juga adalah orang-orang yang berada di tempat itu saat pembuatan film. Hal lain yang menarik adalah film ini diambil hanya dengan menggunakan satu kamera saja dan cukup terlihat sekali bagaimana pengambilan gambar yang terlihat sedikit amatir walau begitu scene demi scene terlihat cukup mulus.

Dari segi cerita sendiri, tentunya banyak yang mengira film ini akan seperti District 9 atau Cloverfield, tapi Monsters justru memberikan porsi yang lebih besar pada drama. Disini kita disajikan hubungan antara Sam dan Andrew dalam perjalanan mereka melewati daerah yang sudah terinfeksi. Sepanjang film digambarkan bagaimana chemistry mereka tumbuh dan berkembang. Makhluk asing di sini hanya sebagai penghias mewarnai perjalanan mereka. Sebagai film dengan budget yang cukup minim, Gareth Edwards cukup berhasil mengeksekusinya menjadi sebuah film drama sci-fi yang sederhana tapi tetap berkualitas. Tidak mengherankan bila film ini mendapat respon positif dari penonton dan kritikus film di berbagai tempat.


RATE : 3.5/5

0

The Social Network (2010)


Story : Mark Zuckerberg, seorang mahasiswa universitas harvard memiliki ide untuk membuat sebuah website dengan mencuri data para mahasiswi dari jaringan harvard. Sebuah situs bernama FaceMash.com menarik para mahasiswa membuat jaringan harvard down. Ia pun mendapat hukuman berupa 6 bulan masa percobaan, tapi apa yang ia lakukan justru menarik perhatian Cameron dan Tyler Winklevoss yang kemudian mengajaknya untuk bergabung bersama mereka membuat Harvard Connection. Pada saat yang bersamaan, Mark bersama Eduardo Saverin membuat suatu situs lain yang mereka beri nama TheFacebook yang menjadikan mereka terkenal di kampus dan membuat Winklevoss bersaudara marah karena Mark dianggap mencuri ide mereka. Dari sinilah perseteruan mereka dimulai dan bagaimana TheFacebook berkembang menjadi situs besar seperti saat ini.


Review : Tentunya siapa yang tidak tahu Facebook, sebuah situs pertemanan yang sedang booming saat ini. Tapi berapa orang yang tahu bagaimana Facebook berdiri dan apa saja yang terjadi dibalik sejarah situs ini. The Social Network menceritakan konflik yang terjadi dibalik sejarah Facebook berdiri, serta menceritakan bagaimana Mark Zuckerberg bisa menemukan Facebook dan membangunnya menjadi sebuah situs yang besar. Kali ini David Fincher yang pernah sukses menyutradarai Seven duduk sebagai sutradara film ini, sedangkan Screenwriter ditangani oleh Aaron Sorkin. Fincher menggaet Jesse Eisenberg sebagai Mark Zuckerberg dan Andrew Garfield sebagai Eduardo Saverin serta penyanyi Justin Timberlake sebagai Sean Parker. The Social Network menyajikan sebuah screenplay yang sangat menarik dengan perpaduan cerita antara masa lalu dengan masa kini, Fincher berhasil menggabungkan keduanya dengan baik dan sangat halus, cukup membuktikan bagaimana skenario film ini ditulis dengan cukup matang. Dialog yang disajikan pun terlihat cukup cerdas, membuat film yang berdurasi sekitar 2 jam ini menjadi tetap asik untuk dinikmati. Sedikit joke yang diselipkan disela-sela percakapan pun membuat film yang didominasi oleh pembicaraan ini menjadi tidak membosankan.

Dari jajaran cast sendiri, setiap pemain cukup berhasil memainkan peran beserta karakternya masing-masing. Eisenberg memerankan Mark dengan sangat baik. Dengan karakter yang serius terlihat cukup natural. Andrew Garfield menggambarkan Eduardo sebagai seorang yang ambisius namun lebih mementingkan egonya sendiri. Di sisi lain Justin Timberlake dengan gayanya sendiri cukup berhasil memerankan Sean Parker. Sementara Winklevoss bersaudara digambarkan sebagai seorang yang ambisius. Setiap karakter melengkapi The Social Network sebagai sebuah film yang ambisius dan penuh makna. Perjalanan seorang mahasiswa biasa dengan kemampuan luar biasa menjadi salah satu milyuner, serta menunjukkan bahwa "Money is The Root of Evil"

Akhir Kata, The Social Network merupakan sebuah film biopic yang tertata dengan rapi mulai dari awal hingga akhir menjadikannya sebagai suatu tontonan yang menarik dan dengan script yang matang serta dialog yang cerdas membuat 2 jam menonton film ini terasa lebih bernilai. Oscar? Umm... Maybe.


RATE : 4.5/5