0

The Tree of Life (2011)


The Tree of Life, sebuah film karya sutradara Terrence Malick yang dikenal dengan filmnya The Thin Red Line, Days of Heaven dan The New World. Film yang mendapatkan penghargaan Palme d'Or di Festival Film Cannes tahun ini mendapat tanggapan yang bervariasi dari para kritikus. Bahkan pada pemutaran perdananya pun film ini selain mendapatkan pujian juga mendapat reaksi negatif dari berbagai kalangan. Tak heran bila banyak para pecinta film yang penasaran dengan film dan pastinya tidak sabar untuk menyaksikannya. The Tree of Life mengambil potret kehidupan sebuah keluarga di pinggiran kota Texas, Amerika Serikat. Sebuah keluarga yang terlihat harmonis di luar tapi memiliki rahasia besar di dalam. Film ini menelusuri kehidupan Jack, anak pertama dalam keluarga tersebut. Jack dewasa (Sean Penn) yang kini terlihat cukup sukses dalam hidupnya, namun hari itu pikirannya seolah tidak pada tempatnya, di dalam pikiran Jack merekonstruksi kembali memori-memori masa lampaunya, kehidupan masa kecilnya hingga sebuah narasi darinya "He died when he was 19", dari sinilah semuanya berawal.


Film dibuka dengan sebuah kutipan yang berbunyi "Where were you when I laid the foundation of the earth. When the morning stars sang together and all the sons of God shouted for joy", sebuah kutipan yang diambil dari kitab Ayub. Sekilas film ini seolah akan menggambarkan sebuah kisah kehidupan yang mirip apa yang dialami Ayub. Tapi jika melihat dari sisi universal tanpa melihat sisi agamis film ini, memang sedikit banyak ada kemiripan kisah walaupun tidak sepenuhnya tergambarkan. Seketika film dimulai, memori Jack mulai menceritakan kisahnya, diawali dengan sebuah narasi akan kematian adiknya, seolah penuh dengan penyesalan dalam sebuah narasi mempertanyakan keberadaan Tuhan. Dari sini scene berubah seolah-olah dibuat sedang menyaksikan tayangan ilmu pengetahuan. Sebenarnya scene ini menggambarkan bagaimana kehidupan ini terbentuk, membawa kita ke sebuah tempat di tata surya dari debu dan gas dibentuklah planet Bumi ini, letusan gunung berapi seolah membentuk muka bumi ini. Hingga muncul awal dari kehidupan, mikroba kemudian membawa kita ke jaman dinosaurus, zaman es hingga akhirnya datanglah jaman ini dimana Bumi ditempati oleh manusia. Makhluk yang terbentuk dari jutaan sperma yang salah satunya membuahi sel telur membentuk sebuah sel kecil yang tumbuh dalam rahim sang ibu hingga akhirnya membentuk manusia yang seutuhnya.

Pada akhirnya memori Jack membawanya ke kehidupan masa kecilnya, jauh sebelumnya ketika ia tinggal di sebuah rumah di pinggiran kota Texas bersama kedua adiknya dan kedua orang tuanya. Jack kecil dididik dengan kedisiplinan yang tinggi dari ayahnya (Brad Pitt) namun sifat keras ayahnya ini bukannya membuat Jack semakin disiplin malah membuatnya semakin liar. Ketika di rumah ia merasa terkekang namun saat berada di luar rumah Jack merasa dirinya bebas, bebas melakukan segala sesuatu bahkan ia tergabung dalam geng anak-anak nakal di pemukimannya. Berbeda dengan ayahnya, sang ibu (Jessica Chastain) mendidik anak-anaknya dengan lembut. Kontradiksi inilah yang seringkali membuat pertengkaran dalam keluarga. Ketika sang ayah harus pergi untuk tugas, seakan-akan kebebasan itu datang, mereka pun bebas berbuat apapun yang mereka inginkan. Terkadang kebencian pada ayahnya muncul, terkadang kelembutan sifat ibunya justru membuat kenakalan Jack seolah pudar dan seringkali ia selalu bertanya pada Tuhan tentang hidup ini. Gambaran inilah yang direpresentasikan melalui memori-memori Jack masa kini.


Dari segi teknis, The Tree of Life memang sangat memukau, gambar-gambar indah yang diciptakan dan dipadukan ke dalam cerita benar-benar memanjakan mata. Hampir separuh film ini menyajikan visual yang menarik. Gambar-gambar seperti 'Discovery Channel' bukan hanya mempercantik tapi juga penuh makna, Malick seolah ingin menampilkan bagaimana dunia ini terbentuk, akar dari sebuah Tree of Life yang menjadi dasar kehidupan saat ini. Visual yang indah pastinya perlu didukung dengan musik scoring yang megah dan scoring yang diciptakan oleh Alexandre Desplate sangat cocok menemani keindahan gambar yang diciptakan oleh Malick. Teknik kamera bergerak membuat film ini bagaikan sebuah dokumentasi. Dokumentasi kehidupan masa kecil Jack yang digambarkan dari memori-memori Jack dewasa. Begitu pula detail sekecil apa pun benar-benar digambarkan dalam film ini. Hal-hal inilah yang menambah kecintaan pada film ini, bahkan bisa melupakan durasi film ini yang lebih dari 2 jam yang mungkin bisa memberikan kebosanan mengingat genre film ini adalah drama.

Selain segi teknis di atas, tidak lupa departemen akting yang memberikan totalitas dalam penampilannya. Nama-nama seperti Brad Pitt, Sean Penn dan Jessica Chastain memberikan penampilan yang sangat baik. Dan yang patut diacungi jempol adalah seorang Hunter McCracken yang dalam film ini memerankan Jack kecil yang tentunya paling disorot mengingat film ini mengeksploitasi karakter Jack dengan cukup dalam dan Hunter benar-benar bisa mendalami karakter Jack.

The Tree of Life merupakan sebuah narasi kehidupan Jack masa kecil yang digambarkan dari rekonstruksi memori-memori Jack dewasa. Memori yang membawa kita menelusuri lebih dalam masa lalu Jack. Kehidupan keluarga dengan disiplin yang tinggi yang membuat Jack menjadi liar. Selain ini The Tree of Life memberikan sisi agamis dari seorang Jack, di tengah kenakalan masa kecilnya, kerasnya sang ayah dalam mendidiknya dan kelembutan sang ibu. Jack yang mempertanyakan keberadaan Tuhannya, mempertanyakan segala kejadian yang ia lihat ataupun yang ia sendiri alami dan kebimbangan yang selama ini menemaninya hingga dewasa. Hingga pada suatu titik ketika Jack mengingat masa lalunya ia menemukan sebuah jawaban yang membuatnya terus maju bersama saudara laki-lakinya dan sang ibu yang menuntun jalannya. Akhir kata, The Tree of Life merupakan sebuah karya yang memukau dari seorang Terrence Malick, tak heran jika film ini mendapatkan penghargaan Palme d'Or walau begitu pro dan kontra tak lepas dari film ini. Setiap orang bisa memberikan pandangan masing-masing, di luar baik dan buruknya tentu bagi mereka yang melihat The Tree of Life baik dari sisi agamis maupun sisi universal. Fabulous...!


RATE : 4.5 / 5