2

Kung Fu Panda 2 (2011)

Labels: , ,


Shen (Gary Oldman) adalah anak dari Kaisar Merak yang ahli dalam kembang api mencoba memanfaatkan kembang api tersebut demi niat jahatnya. Orang tua Shen meminta seorang peramal untuk meramal masa depan anaknya dan melihat bahwa ambisi jahat Shen akan dihancurkan oleh pendekar hitam putih. Shen yang diam-diam mengetahui hal tersebut kemudian memusnahkan seluruh panda yang ia kira mereka adalah pendekar hitam putih yang dimaksud tersebut. Mengetahui hal itu, orang tua Shen kemudian mengusirnya dari kerajaan. Shen dengan penuh kekecewaan berjanji akan kembali untuk mendapatkan apa yang seharusnya ia dapatkan. Prolog tersebut membuka deretan cerita Kung Fu Panda 2 dimana kali ini pahlawan kita Po akan berhadapan dengan musuh barunya yang pastinya lebih kuat dan lebih berbahaya.

Kembali pada pahlawan kita Po (Jack Black) yang kini sebagai Dragon Warrior, tugasnya adalah melindungi Valley of Peace. Po masih tetap ditemani oleh The Furious Five, Tigress (Angelina Jolie), Monkey (Jackie Chan), Mantis (Seth Rogen), Viper (Lucy Liu) dan Crane (David Fross). Sebagai Dragon Warrior, Po tetap berlatih untuk meningkatkan Kungfu-nya, bersama Master Shifu (Dustin Hoffman) ia belajar untuk menguasai "Inner Peace". Sayang latihannya diganggu oleh kedatangan sekelompok serigala yang datang mencari logam bagi Shen untuk membuat senjata yang akan digunakan untuk menguasai Cina. Mengetahui hal itu, Po dan teman-temannya tidak tinggal diam. Atas perintah Master Shifu, Po bersama Furious Five memulai perjalanan mereka untuk menghadapi Shen dengan senjata yang bisa mengalahkan Kungfu. Po harus menemukan cara untuk bisa mengalahkan Shen sementara ia sendiri berjalan untuk menemukan jati dirinya.


The Whole Team is Back! Kung Fu Panda kali ini kembali dengan filmnya yang kedua, setelah film pertamanya dengan cukup sukses mengocok perut penontonnya pada 2008 lalu dan bersiaplah untuk dibuat tertawa oleh Po dan teman-temannya. Untuk film keduanya ini, Kung Fu Panda 2 disutradarai oleh Jennifer Yuh menggantikan Mark Osborne dan John Stevenson. Jennifer Yuh sendiri pada Kung Fu Panda pertama bertanggung jawab sebagai story artist saja dan Kung Fu Panda 2 merupakan film panjang pertamanya. Ia kini bertanggung jawab dalam mengeksekusi skenario yang ditulis oleh Jonathan Aibel dan Glenn Berger. Sementara di jajaran pengisi suara, masih diisi oleh nama-nama seperti Jack Black, Angelina Jolie, Jackie Chan, Lucy Liu dan lainnya serta beberapa nama baru seperti Gary Oldman sebagai Shen, Michelle Yeoh sebagai peramal hingga seorang Jean-Claude Van Damme yang di sini ia mengisi suara Master Croc. Melihat jajaran nama baru yang mengisi suara karakter baru tentunya semakin yakin bagaimana kualitas Kung Fu Panda 2 ini.

Kung Fu Panda 2 masih tetap dengan formula cerita yang sama, masih tetap mengajak bagaimana perjalanan seorang Po untuk bisa mengalahkan musuh utamanya. Walaupun begitu tidak serta merta membuat franchise ini berjalan ditempatnya dalam hal kualitas. Patut diacungi jempol bagaimana peningkatan kualitas animasi Kung Fu Panda 2 yang kali ini terlihat lebih halus dan lebih berwarna, dengan menggabungkan antara animasi 3D dengan 2D pastinya membuat animasi film ini jauh lebih menarik. Hal ini juga dimanfaatkan oleh Yuh untuk lebih dalam mengenal Cina. Kalau di film pertama bersetting di Valley of Peace, kali ini Kung Fu Panda 2 membawa ke sebuah kota baru yaitu Gongmen City. Di kota inilah secara tidak langsung menggambarkan kebudayaan masyarakat Cina dalam bentuk lain. Sebagai film bertemakan kungfu, film ini menampilkan aksi yang tak kalah serunya bila dibandingkan dengan film kungfu non animasi. Kombinasi aksi yang ditampilkan Po dan Furious Five dalam mengalahkan musuh-musuhnya menggambarkan bagaimana seharusnya sebuah film animasi musim panas.

Ketika kita berbicara sisi humor dari Kungfu Panda pastinya akan teringat bagaimana film pertamanya berhasil mengocok perut. Dan dalam film kedua ini, lagi-lagi Po dan teman-temannya berhasil melakukan hal yang sama dengan aksi-aksi konyol dan kocak mereka. Semua itu tidak lain karena peran Jack Black yang di sini bertindak sebagai pengisi suara Po. Peran Jack Black di sini seolah memberikan nyawa kepada karakter Po untuk tetap menyajikan kekonyolannya. Jack Black sendiri yang sebelumnya gagal menampilkan komedi segar dalam Gulliver's Travel tapi kini sebagai Po, ia kembali menempatkan dirinya sebagai seorang komedian hebat. Sepertinya peran sebagai Po memang sangat tepat bagi seorang Jack Black.

Sebagai sebuah sekuel, Kung Fu Panda 2 berhasil menepis mitos bahwa sebuah sekuel tidak pernah lebih baik dari pada pendahulunya. Walaupun dengan formula cerita yang masih sama dan terlihat biasa, tetapi peningkatan animasi dan tetap hadirnya film sebagai pengocok perut justru membuat Kung Fu Panda 2 masih lebih baik dibandingkan pendahulunya. Tidak salah bagi Dreamworks menunjuk Jennifer Yuh sebagai sutradara, yang akhirnya berhasil membawa franchise ini ke tingkat yang lebih tinggi. Akhir kata, Kung Fu Panda 2 tidak hanya sebuah hiburan untuk anak-anak saja tetapi juga bagi mereka yang sudah dewasa. Tidak ada salahnya jika mengajak keluarga untuk menyaksikan film ini dan pastinya sebuah sekuel ketiga akan sangat dinanti mereka yang mulai mencintai franchise ini.


RATE : 4 / 5

11

7 Hati 7 Cinta 7 Wanita (2010)

Labels: , ,


Penasaran dengan 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita, film yang berhasil masuk ke dalam daftar nominasi penghargaan film di Indonesia seperti Festival Film Indonesia 2010. Tidak hanya satu atau dua nominasi saja yang didapatkan melainkan 6 nominasi sekaligus dalam FFI dan berhasil membawa pulang 1 penghargaan yaitu Pemeran Pendukung Wanita Terbaik yang ditujukan pada Happy Salma. Selain itu film ini juga berhasil meraih 2 penghargaan dalam Indonesia Movie Award 2011 untuk kategori Pendatang Baru Pria Terbaik yaitu Rangga Djoned dan Pemeran Pendukung Wanita Terbaik yaitu Happy Salma. Berangkat dari banyaknya nominasi dan penghargaan yang diraihnya tentunya membuat penasaran seperti apakah film ini. Pemutaran perdana 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita sendiri dilakukan di Melbourne, Australia pada bulan Agustus 2010. Selanjutnya tayang di Balinale Film Festival di Bali pada bulan Oktober 2010 sebelum akhirnya tayang secara reguler untuk masyarakat umum di jaringan bioskop Blitzmegaplex mulai 18 Mei 2011. Hampir satu tahun waktu yang dibutuhkan bagi 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita untuk bisa ditayangkan kepada masyarakat umum.


7 Hati 7 Cinta 7 Wanita bercerita tentang Kartini (Jajang C. Noer), seorang wanita berumur 45 tahun yang berprofesi sebagai dokter kandungan. Kartini sendiri belum menikah karena pengalaman masa lalunya yang membuatnya ragu untuk menikah. Sebagai seorang dokter kandungan, Kartini menghadapi berbagai macam pasien dengan latar belakang yang berbeda. Bahkan terkadang Kartini mengetahui cerita lain wanita-wanita yang menjadi pasiennya. Ada 6 wanita yang menjadi pasien Kartini dan film ini menceritakan latar belakang masalah masing-masing secara flashback dan dinarasikan sendiri oleh Kartini. Wanita pertama adalah Ningsih (Patty Sandya) yang mengharapkan kehadiran seorang anak laki-laki yang kuat dan berpendirian tidak seperti suaminya selama ini yang lemah dan tak berpendirian. Wanita kedua adalah Yanti (Happy Salma) yang bekerja sebagai penjaja seks. Yanti ditemani oleh Bambang (Rangga Djoned) yang menjadi anjelo-nya (antar jemput lonte). Yanti sendiri bermasalah dengan kanker rahimnya yang membuatnya putus harapan untuk hidup, namun dibalik itu Bambang sebenarnya ingin membantunya agar ia terbebas dari penyakitnya tersebut. Wanita ketiga adalah Rara (Tamara Tyasmara) yang masih berumur 14 tahun. Rara masih duduk di bangku kelas 2 SMP dan kini ia hamil akibat perbuatannya dengan Acin (Albert Halim). Wanita keempat adalah Lastri (Tizza Radia) yang sampai saat ini belum hamil, tapi Lastri memiliki Hadi (Verdi Solaiman), suaminya yang sangat setia. Wanita kelima adalah Lili (Olga Lidya), wanita hamil satu ini selalu mendapatkan perlakuan kasar dari suaminya namun Lili selalu menyangkal suaminya melakukan ini dengan sengaja. Wanita keenam adalah Ratna (Intan Kieflie), seorang wanita yang bekerja keras demi mendapatkan uang untuk kelahiran anaknya nanti. Ratna memiliki Marwan (Achmad Zaki) sebagai suaminya yang seringkali pulang larut karena harus lembur dengan pekerjaannya.


Film ini tak hanya bercerita hanya tentang masalah yang dialami keenam wanita tersebut, tetapi juga kehidupan pribadi Kartini. Sebagai seorang dokter Kartini tentunya mempunyai rekan kerja. Dokter Anton (Henky Solaiman), seorang dokter kandungan lain di rumah sakit itu memiliki kedekatan dengan Kartini. Anton selalu mencoba agar Kartini bisa menerimanya, tetapi karena masa lalunya tersebutlah Kartini masih belum bisa menerima Anton. Rumah sakit tempat Kartini dan Anton bekerja pun kedatangan dokter kandungan baru. Dokter Rohana (Marcella Zalianty), dokter baru ini kemudian hadir di antara kehidupan Kartini dan Anton. Kartini mempunyai pandangan tersendiri tentang wanita dan pria dan Rohana pun juga memiliki pandangan lain tentang wanita dan hubungannya dengan pria, siapa yang harus dipersalahkan dalam hubungan pria dan wanita. Dari sinilah mulai memicu konflik baru antara Kartini dan Rohana ketika dua wanita dengan pendapat yang berbeda ini harus bertemu.

7 Hati 7 Cinta 7 Wanita ditulis dan disutradarai oleh Robby Ertanto, seorang sutradara muda. Sebelum membuat film ini, Robby terlebih dahulu terlibat dalam pembuatan anthology horor Takut: Faces of Fear untuk segmen The List dan 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita merupakan feature film pertamanya. Saat tayang perdana di Australia, film ini awalnya berdurasi 125 menit namun saat akan ditayangkan reguler di sini, durasi film ini lebih pendek menjadi sekitar 94 menit saja. Jadi hampir 30 menit bagian dari film yang dipotong. Bagian yang dipotong tersebut menurut Robby sendiri adalah bagian-bagian dengan adegan yang berdurasi cukup lama dan tidak mempengaruhi keseluruhan cerita, jadi untuk mengurangi kebosanan nantinya bagian tersebut dipotong. Untungnya proses editing dilakukan dengan baik sehingga ketika film berlangsung bagian yang dipotong ini hampir tidak terasa sama sekali.

Film ini memiliki konflik dan alur yang cukup kompleks, masing-masing wanita memiliki konflik tersendiri dan kesemua konflik tersebut diceritakan secara bersamaan, jadi bisa dibilang alur film ini berjalan secara paralel. Dari banyaknya konflik ini nantinya muncul sebuah benang merah yang akan menghubungkan semuanya. Cukup banyak memang film dengan multi konflik yang berjalan secara bersamaan, banyak film yang berhasil menceritakannya dengan cukup baik tapi ada juga yang masih terkesan kasar. Untungnya film ini berhasil memadukannya dengan baik. Hanya saja setiap adegan yang menggunakan scoring yang berbeda cukup mengganggu ketika film ini harus berpindah dari cerita satu ke cerita lainnya dan kembali lagi ke cerita sebelumnya. 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita juga dibalut dengan narasi yang dibawakan oleh tokoh Kartini yang diperankan oleh Jajang C. Noer. Narasi itu sendiri dibawakan dengan cukup baik sehingga seolah-olah tokoh Kartini inilah yang bercerita di dalam film. Lalu tak lupa balutan komedi yang membuat film ini jauh dari kata bosan, membawakan tema yang serius tetapi tetap bisa membuat penontonnya tertawa.

7 Hati 7 Cinta 7 Wanita didukung oleh beberapa artis kenamaan seperti Jajang C. Noer, Marcella Zalianty, Happy Salma, Olga Lidya, Henky Solaiman dan beberapa artis lainnya dimana kesemuanya berhasil memerankan peran masing-masing dengan cukup baik. Jajang C. Noer membawakan peran seorang dokter kandungan yang juga peduli dengan masalah yang dialami pasien-pasiennya. Marcella Zalianty yang hadir memberikan suasana baru ditengah-tengah banyaknya konflik. Walaupun peran tokoh Rohana di film ini sebenarnya tidak terlalu berperan penting. Selain nama-nama tersebut, film ini juga kedatangan beberapa nama baru di dunia film walaupun beberapa nama pernah hadir dalam sebuah film tetapi peran mereka di film ini bisa dibilang lebih menonjol. Nama-nama tersebut seperti Tamara Tyasmara, Rangga Djoned, Novi Sandrasari, Albert Halim dan Intan Kieflie. Penampilan mereka di film ini patut diacungi jempol, sanggup beradu peran dengan mereka yang sudah berpengalaman. Intan Kieflie sendiri, selain berperan sebagai Ratna di film, ia juga berperan sebagai produser dan juga pengisi soundtrack film ini.

Berawal dari film pendek Aku Perempuan, 7 Hati 7 Cinta 7 Wanita, feature film pertama sutradara muda Robby Ertanto yang mengangkat sisi lain wanita, ketika mereka harus berhadapan dengan hati dan cinta mereka. Walaupun berangkat dengan tema yang serius tapi film ini tetap bisa menampilkan sisi humornya dan hadir sebagai film yang tidak hanya bisa diambil pesan moralnya saja, tetapi juga bisa menjadi suatu hiburan. Dengan dukungan nama-nama yang sudah tidak asing di dunia perfilman dan beberapa nama baru yang menampilkan penampilan mereka yang cukup bagus di film ini. Tidak salah bila film ini sempat masuk menjadi nominator Festival Film Indonesia tahun 2010 walaupun pada akhirnya film ini gagal menjadi yang terbaik dalam ajang penghargaan tersebut.


RATE : 3.5 / 5

5

The Mirror Never Lies (2011)

Labels: , ,


Wakatobi, salah satu kabupaten berbentuk kepulauan yang berada di wilayah provinsi Sulawesi Tenggara. Nama Wakatobi sendiri berasal dari kependekan pulau-pulau besar yang berada di kepulauan tersebut, yaitu Wangi-wangi, Kaledupa, Tomea dan Binongko. Wakatobi terkenal dengan keindahan alam bawah lautnya yang masih natural dan terjaga kelestariannya. Oleh karena itu, Wakatobi dijadikan salah satu taman nasional untuk menjaga keanekaragaman hayati laut. Dengan keindahan alam bawah laut nan eksotis tersebut, Wakatobi menjadi salah satu tujuan wisata bagi wisatawan asing maupun wisatawan dalam negeri. Penduduk Wakatobi sendiri terdiri dari beberapa suku, salah satunya adalah suku Bajo yang mendiami sedikit bagian dari kepulauan Wakatobi. Suku Bajo menetap di atas perairan Wakatobi dengan tinggal di rumah-rumah panggung. Oleh karena itu, mereka menjadikan perahu sebagai alat transportasi utama untuk berpindah dari satu pemukiman ke pemukiman lainnya atau ke tempat-tempat umum seperti sekolah dan lainnya. Mata pencaharian utama suku Bajo adalah nelayan, pria suku Bajo akan pergi melaut selama beberapa hari kemudian kembali dengan hasil tangkapan mereka.


Itulah sedikit gambaran tentang Wakatobi dan suku Bajo yang menempati kepulauan tersebut. The Mirror Never Lies mengangkat kehidupan suku Bajo dalam skala kecil dan juga memperkenalkan keindahan pesona alam Wakatobi. Cerita dari The Mirror Never Lies sendiri berkisar pada Pakis (Gita Lovalista), seorang anak perempuan suku Bajo yang selalu menunggu ayahnya untuk kembali. Ayah Pakis meninggalkan sebuah cermin untuknya yang selalu dibawa Pakis kemana pun ia pergi. Tayung (Atiqah Hasiholan), ibu Pakis berusaha menutupi dan mengingkari suaminya yang hilang tersebut dengan selalu menggunakan bedak pupur yang merupakan tradisi wanita suku Bajo. Di saat yang bersamaan hadir Tudo (Reza Rahadian), seorang peneliti lumba-lumba yang datang dari Jakarta. Tudo yang selama berada di Wakatobi menempati rumah yang dimiliki Tayung. Kehadirannya justru menimbulkan konflik antara Tayung dan juga anaknya Pakis, mengingat rumah itu pernah ditinggali oleh ayahnya dan Pakis tidak ingin rumah itu ada yang menempatinya.


The Mirror Never Lies merupakan sebuah karya sutradara muda Kamila Andini, anak dari Garin Nugroho, sutradara kenamaan Indonesia yang telah menelurkan karya-karyanya seperti Opera Jawa, Under the Tree dan masih banyak film lainnya. Kali ini dalam The Mirror Never Lies, Garin hanya berperan sebagai produser. The Mirror Never Lies merupakan karya debut dari Kamila Andini. Di sini ia dibantu oleh beberapa nama seperti Rachmad Syaiful sebagai sinematografer, Tomy D. Setyando sebagai art director, Khikmawan Santosa sebagai sound designer dan beberapa nama lainnya yang mungkin sudah tidak asing lagi di dunia perfilman. Walaupun membawa nama besar ayahnya, Kamila Andini tidak serta merta memanfaatkan sosok ayahnya demi mendongkrak popularitasnya. Justru dengan film ini, Dini begitulah ia disapa ingin menunjukkan bahwa kualitasnya sebagai sutradara tidak kalah dibandingkan sang ayah. Dalam The Mirror Never Lies, ia menggandeng WWF Indonesia dan pemerintah kabupaten Wakatobi dimana mereka sangat mendukung dengan membantu pendanaan film ini.

The Mirror Never Lies menghadirkan cerita dengan alur yang lamban tapi terasa mengalir dengan baik. Dalam bercerita, secara tidak langsung film ini juga mengeksploitasi keindahan kepulauan Wakatobi baik itu pemandangan di atas laut maupun pemandangan bawah laut tak heran bila ketika usai menonton film ini anda akan berkeinginan untuk menikmati keindahan Wakatobi secara langsung. Selain itu film ini secara tidak langsung juga membawa kita ke dalam kehidupan masyarakat suku Bajo. Masyarakat yang masih kental dengan budaya adat istiadatnya dan juga kehidupan suku Bajo yang kental dengan unsur maritim, seperti bagaimana mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya menggunakan perahu atau pun saat anak-anak suku Bajo pergi ke sekolah yang juga menggunakan perahu. Secara dialog, The Mirror Never Lies menghadirkan dialog yang sebagian besar didominasi bahasa asli suku Bajo. Bahkan Atiqah Hasiholan, pemeran Tayung dituntut untuk bisa berbahasa Bajo. Segmentasi sebagai film tentang keindahan dan pelestarian alam cukup terlihat dari dialog-dialog yang disajikan di film ini, beberapa sindiran halus cukup terasa. Tidak heran bila WWF Indonesia terlibat dalam produksi film ini.

Film ini didukung oleh dua artis ternama yaitu Atiqah Hasiholan dan Reza Rahadian. Atiqah yang dalam film ini berperan sebagai seorang wanita suku Bajo dituntut untuk bisa berbahasa Bajo. Tidak mudah bagi Atiqah untuk bisa berbicara bahasa bajo dan dengan logat bajo. Tetapi nyatanya Atiqah berhasil melakukan itu semua dengan cukup baik. Selain Atiqah Hasiholan dan Reza Rahadian, The Mirror Never Lies juga didukung oleh pemeran asli dari suku Bajo yaitu Gita Lovalista yang berperan sebagai Pakis. Walaupun ini merupakan penampilan pertamanya di dunia akting, tapi ia berhasil memerankan perannya sebagai Pakis dengan cukup baik tanpa terlihat kaku. Selain Gita ada dua pemeran lain yang juga berasal dari suku Bajo yaitu Eko yang berperan sebagai Lumo dan Zainal yang berperan sebagai Kutta. Keduanya adalah sahabat Pakis yang selalu menemani Pakis ketika mereka bermain. Lumo selalu hadir dengan kelucuannya dan diam-diam Lumo memiliki perhatian tersendiri terhadap Pakis. Sedangkan Kutta adalah sahabat Pakis yang pandai berpuisi dan suka bernyanyi lagu-lagu Melayu. Jangan salah, Zainal sang pemeran Kutta pun ini aslinya memiliki suara yang bagus lho.

The Mirror Never Lies mengingatkan saya pada Jermal, film Indonesia produksi tahun 2009 yang diperankan oleh Didi Petet. Kedua film ini sama-sama bersetting di atas laut dan memiliki konflik yang hampir mirip. Apa yang dilakukan oleh Kamila Andini dalam membuat The Mirror Never Lies patut diacungi jempol, selain sebagai film perdananya, ia cukup berhasil membangun film ini bukan hanya sebagai film yang berseni tapi juga menghibur, tidak hanya dalam cerita tetapi caranya mengeksploitasi keindahan alam Wakatobi benar-benar mengagumkan.


RATE : 4 / 5

0

Rio (2011)

Labels: , ,


Blu (Jesse Eisenberg) adalah seekor burung Spix's Macaw. Bertahun-tahun sudah Blu menemani Linda (Leslie Mann) yang menemukannya di dalam kotak yang terjatuh dari sebuah truk yang membawa burung-burung liar yang ditangkap secara ilegal untuk diperjualbelikan. Selama tinggal bersama Linda, Blu tidak pernah keluar dari rumah ataupun kadangnya selayaknya burung-burung lainnya. Hal inilah yang membuat Blu tidak bisa terbang. Suatu waktu, Tulio (Rodrigo Santoro), seorang ornithologist dari Brazil  datang kepada Linda dan Blu lalu mengatakan bahwa Blu adalah pejantan terakhir dari spesiesnya. Untuk tetap menjaga kelangsungan spesiesnya, Blu akan dikawinkan dengan seekor betina yang berada di Rio de Janeiro, Brazil. Pada awalnya Linda menolak karena ia tidak mau dipisahkan dengan Blu yang telah menemaninya selama 15 tahun. Tapi demi kebaikan Blu juga, akhirnya Linda pun menyetujuinya.


Blu bersama Linda dan Tulio kemudian bertolak ke Rio de Janeiro, Brazil. Di sebuah konservasi burung milik Tulio, Blu dipertemukan dengan Jewel (Anne Hathaway), seekor betina dari spesies Spix's Macaw. Alih-alih mengawinkan mereka berdua, Jewel malah menyerang Blu dan hanya mementingkan bagaimana caranya agar bisa keluar dari tempat itu. Sayangnya mereka berdua oleh Fernando (Jake T. Austin) yang dibantu oleh Nigel (Jemaine Clement), seekor kakatua jahat yang berpura-pura sakit agar bisa menyusup ke konservasi tersebut. Fernando membawa mereka berdua ke sekelompok penyelundup untuk dijual. Blu dan Jewel yang akhirnya berhasil lolos dari tempat tersebut, sayangnya ketidakmampuan Blu untuk terbang memberikan masalah bagi mereka. Blu dan Jewel pun memulai petualangan mereka di Rio bertemu dengan hewan-hewan lain yang membantu mereka agar bisa bebas dari kejaran Nigel dan pembantu-pembantunya.

Rio diproduksi oleh Blue Sky Studio, studio animasi yang telah sukses menelurkan seri Ice Age. Dalam Rio, bertindak sebagai sutradara adalah Carlos Saldanha, seorang sutradara kelahiran Rio de Janeiro, Brazil yang menghasilkan dua karyanya Ice Age 2: The Meltdown dan Ice Age 3: Dawn of the Dinosaurs. Berdasarkan pengalaman dari dua filmnya itulah Carlos berangkat untuk membuat Rio. Dengan konsep cerita yang mirip dengan film-film produksi Blue Sky Studio, kali ini Rio menghadirkan petualangan Blu di Rio de Janeiro. Carlos sendiri mengambil Rio de Janeiro mungkin karena dirinya berasal dari kota tersebut, seolah-olah Carlos ingin memperkenalkan kota tempat kelahirannya tersebut. Terlihat sekali dengan bagaimana ia menggambarkan detail kota Rio dari berbagai sudut, mulai dari patung Cristo Redentor yang cukup terkenal hingga daerah pemukiman kumuh yang ada di Rio ia tampilkan dalam film ini.

Memang dari segi cerita Rio tidak memiliki keistimewaan bahkan bisa dibilang tipikal film animasi petualangan, tetapi urusan visualisasi lain cerita. Rio jauh berkembang dibandingkan film-film produksi Blue Sky Studio sebelumnya. Sepertinya kali ini mereka lebih memperhatikan detail animasi yang mereka buat. Mulai dari detail kota Rio yang hampir mirip dengan aslinya hingga detail masing-masing karakter yang terlihat lebih berwarna. Tidak hanya visualisasi yang memukau, Rio juga didukung oleh musik pengiring yang ciamik. Lagu-lagu yang mengisi film ini pun juga dinyanyikan langsung oleh pengisi suaranya, seperti Jesse Eisenberg atau Anne Hathaway turut bernyanyi dalam film ini. Dengan animasi yang memukau tersebut sayangnya Rio tidak didukung dengan kualitas komedi yang lebih baik atau pun setara dengan film garapan Carlos Saldanha lainnya. Tak seperti seri Ice Age yang hampir selalu mempertontonkan kejenakaannya, Rio tidak memiliki banyak momen-momen tersebut.

Dari segi cerita, Rio memang tidak menghadirkan sesuatu yang baru tetapi film ini bisa memberikan kualitas animasi yang cukup memukau. Keindahan kota Rio de Janeiro yang menjadi latar petualangan Blu dan teman-temannya serta detail masing-masing karakter pastinya akan memanjakan mata siapapun yang menontonnya. Rio juga didukung oleh beberapa nama yang sudah tidak asing lagi seperti Jesse Eisenberg, Anne Hathaway, Will I Am dan beberapa nama lainnya. Walaupun diisi dengan unsur komedi yang masih berada di bawah film produksi Carlos Saldanha lainnya, Rio tetap hadir sebagai salah satu tontonan yang menghibur.


RATE : 3.5 / 5

0

Justin Bieber: Never Say Never (2011)

Labels: , ,


Bayangkan seorang anak laki-laki yang lahir dan tumbuh dewasa di kota kecil bisa menjadi bintang besar. Itulah yang terjadi pada Justin Bieber, penyanyi yang lahir dan dewasa di sebuah kota kecil Stratford di Kanada ini sekarang tumbuh menjadi bintang besar yang memiliki jutaan fans di seluruh dunia. Awal karir Bieber bermula ketika Scooter Braun yang secara tidak sengaja melihat ia menyanyi lewat Youtube. Dari situlah Scooter yang tertarik pada Bieber menemuinya dan menjadikannya bintang besar dalam kurun waktu yang cukup singkat. Justin Bieber: Never Say Never ini mengisahkan bagaimana perjalanan Justin Bieber dalam kurun waktu 10 hari sebelum penampilannya di Madison Square Garden, New York. Selain itu film yang disutradarai oleh Jon Chu ini akan membawa anda untuk menyimak perjalanan Justin mulai dari kecil hingga ia kini berubah menjadi bintang besar.


Siapa sangka kalau bakat musik Justin sebenarnya sudah terlihat sejak ia kecil. Dari rekaman video yang ditampilkan, menggambarkan bagaimana Justin sudah bisa memainkan drum dan gitar sejak ia kecil dan mulai belajar bermain Piano ketika ia mulai tumbuh dewasa. Justin sendiri pernah "ngamen" ketika ia kecil. Justin yang berbakat ini kemudian mengikuti sebuah kontes menyanyi yang diadakan di kotanya walaupun dalam kontes ini Justin hanya bisa menduduki peringkat kedua. Namun begitu ibunya, Pattie Mallette kemudian memasukkan video Justin ke dalam Youtube. Dari sinilah Scooter Braun melihat bakat yang dimiliki anak ini kemudian membawanya ke Atlanta. Karir Justin pun tidak begitu saja langsung berada di puncak. Sejak dibawa oleh Scooter, Justin memulai karirnya dengan bernyanyi di radio-radio dan menghadiri konser-konser kecil dengan menyanyikan lagu debutnya 'One Time' yang kemudian memuncaki tangga-tangga lagu di radio yang membuatnya memiliki banyak fans dan juga membawanya ke Madison Square Garden.

Sutradara Jon Chu cukup pandai dalam mengemas Never Say Never. Ia tidak hanya fokus kepada satu plot saja tetapi memainkan dua plot cerita sekaligus. Plot yang pertama adalah perjalanan 10 hari menuju Madison Square Garden dan yang kedua adalah kehidupan masa kecil Justin hingga ia bisa menjadi bintang seperti saat ini. Dan di antara dua plot tersebut, Chu menyisipkan penampilan Justin di panggung selama konsernya di Madison Square Garden. Dalam pembuatan Never Say Never, selain menggunakan footage-footage mereka sendiri, Chu juga melibatkan fans. Dalam hal ini, ia meminta para fans ini untuk mengirimkan video mereka ketika menyanyikan lagu Justin dan dengan caranya sendiri Chu menyisipkan video-video ini ke dalam film dan menampilkannya ketika Justin menyanyikan lagu yang bersangkutan. Selain menampilkan kejadian-kejadian di backstage, Never Say Never juga mengungkap kehidupan pribadi Justin. Walaupun bintang besar, Justin juga masih sama seperti anak-anak lainnya, ia memiliki teman bermain dan disela-sela menuju konser di Madison Square Garden, Justin menyempatkan diri untuk bermain bersama teman-temannya. Di sini menunjukkan bagaimana kepiawaian Justin dalam bermain basket.

Konser Justin di Madison Square Garden ini seolah-olah sangat besar hingga dibuat dokumenternya. Sebenarnya bukan konsernya yang besar tapi untuk bisa menggelar konser Madison Square Garden tidaklah mudah. Beberapa bintang besar yang pernah menggelar konser di tempat ini seperti The Rolling Stones atau Michael Jackson. Dan kini, Justin Bieber dalam kurun waktu yang cukup singkat selama karirnya di dunia musik berhasil menggelar konser di tempat ini yang tentunya merupakan suatu kebanggaan baginya. Dalam konsernya di Madison Square Garden, Justin juga ditemani oleh beberapa musisi yang menjadi featuring dalam lagu-lagunya seperti Usher, Boyz II Men, Ludacris, Miley Cyrus dan Jaden Smith. Di luar itu semua, sebagai film dokumenter tentang seorang bintang, Never Say Never juga menampilkan pendapat para fans tentang bintang yang mereka suka ini.

Sebagai seorang bintang yang masih terbilang baru, mungkin banyak orang mengatakan lumrah untuk membuat sebuah film biografi tentangnya. Tapi tidak ada salahnya bagi mereka untuk mengetahui lebih jauh latar belakang sang bintang, daripada hanya mengomentari sang bintang secara sepihak. Jon Chu berhasil mengemas Never Say Never dengan baik, bukan hanya sebagai dokumenter tentang konser biasa tapi ia juga memasukkan biografi dari Justin itu sendiri. Bagi pecinta Justin Bieber, Never Say Never mungkin menjadi tontonan wajib dan bagi mereka yang tidak menyukain Justin Bieber atau malah membencinya, tidak ada salahnya untuk sedikit membuka mata sebelum memberikan komentar negatif padahal sama sekali belum menyaksikan film ini.


RATE : 3.5 / 5

0

Insidious (2011)

Labels: ,


Keluarga Lambert baru saja menempati rumah baru mereka, hari-hari pertama Renai (Rose Byrne) mengalami kejadian aneh, ia menemukan buku-buku yang sudah ia tata dengan rapi di lemari tiba-tiba kembali berantakan dan tidak satu pun dari anaknya yang melakukan itu. Pada malam harinya, Dalton (Ty Simpkins) mendengar suara aneh dari loteng. Dalton yang kemudian menaiki loteng tersebut jatuh dari tangga ketika akan menyalakan lampu. Anehnya keesokan harinya Dalton tidak bangun dari tidurnya, bahkan ketika Josh (Patrick Wilson), ayahnya membangunkannya. Di rumah sakit pun dokter mengatakan tidak ada yang aneh pada tubuh Dalton, mereka pun tidak mengerti kenapa Dalton tidak bangun. 3 bulan kemudian, Dalton masih dalam keadaan koma, mereka memutuskan untuk merawatnya di rumah. Beberapa hari setelahnya, kejadian-kejadian aneh menghampiri rumah itu, mulai dari suara-suara hingga masuknya orang ke dalam rumah pada tengah malam yang membuat beberapa kali alarm rumah berbunyi. Renai yang tidak sanggup lagi menghadapi segala kejadian-kejadian ini akhirnya meminta Josh untuk pindah ke rumah lain. Ternyata bukan rumah mereka yang selama ini berhantu, saat di rumah baru pun Renai masih mengalami kejadian-kejadian aneh. Ibu dari Josh pun menyarankan mereka untuk memanggil Elise (Lin Shaye), seorang paranormal untuk mengetahui permasalahan dibalik kejadian-kejadian aneh yang selama ini menghantui mereka.


Akhir-akhir ini tema horor tidak jauh-jauh dari Exorcist atau Mockumentary horror yang kini sudah menjamur di perfilman Hollywood bahkan ketidakmampuan membuat horor-horor berkelas seperti dahulu membuat banyak film horor asal Hollywood yang merupakan remake dari film asia, eropa ataupun film horor klasik Hollywood yang dibuat ulang. Insidious seolah-olah ingin membangkitkan kembali premis 'rumah berhantu' yang telah lama hilang. Insidious dibuka dengan adegan yang sudah cukup mencekam dan juga menakutkan, sedikit mengingatkan pada serial horor klasik seperti Friday the 13th. Dari segi cerita Insidious mungkin mirip dengan 'Poltergeist' yaitu kejadian-kejadian aneh yang menimpa sebuah keluarga. Tema horor klasik sepertinya cukup melekat dalam film ini. Mulai dari setting rumah tempat tinggal mereka yang berkesan tua, kemudian sound effect yang masih menggunakan denting piano hingga formula menakuti Insidious yang sangat khas dengan film horor klasik, seperti suara-suara menakutkan atau penampakan wanita dengan dress panjang. Tapi yang terpenting adalah bagaimana Insidious berhasil menghadirkan suasana horor yang konsisten mulai dari awal hingga akhir film.

Insidious sendiri disutradarai oleh James Wan, seorang sutradara asal Australia yang lahir di Malaysia. Dalam Insidious, ia kembali bekerja sama dengan Leigh Whannell yang dalam film ini bertindak sebagai penulis skenario. Sebelumnya Wan dan Whannell juga pernah bersama dalam pembuatan Saw dimana Wan bertindak sebagai sutradara dan Whannell sebagai penulis skenarionya. Insidious diproduseri oleh Oren Peli, seorang produser yang berada dibalik kesuksesan Paranormal Activity, jadi jangan heran bila nanti menemukan sedikit gaya Paranormal Activity dalam Insidious. Dari segi pemeran sendiri mungkin tidak perlu diragukan lagi, duet Patrick Wilson dan Rose Byrne cukup berhasil memerankan sepasang suami-istri keluarga Lambert. Apalagi Rose Byrne, aktris yang juga pernah berperan dalam film Knowing dan 28 Weeks Later ini dengan sukses memerankan peran seorang ibu yang dipenuhi dengan rasa takut akan hal-hal gaib. Di luar itu, peran Ty Simpkins dan Lin Shaye juga patut diacungi jempol, walau peran keduanya lebih banyak menjelang akhir film.

James Wan dengan cukup baik memvisualisasikan naskah yang ditulis oleh Whannell, peran keduanya berhasil menghidupkan Insidious menjadi sebuah film yang menakutkan. Sepanjang film, Insidious tak henti-hentinya memberikan ketakutan bagi para pecinta horor. Tetap setia dengan premis yang sudah disajikan sejak awal film, konflik yang mengalir dengan baik membuat film ini enak untuk dinikmati. Sekali lagi, Insidious berhasil membangkitkan gairah horor klasik yang sudah lama memudar. Jadi bersiaplah untuk berteriak mengalami ketakutan-ketakutan yang disajikan dalam... Insidious.


RATE : 4 / 5