The Mirror Never Lies (2011)

Labels: , ,


Wakatobi, salah satu kabupaten berbentuk kepulauan yang berada di wilayah provinsi Sulawesi Tenggara. Nama Wakatobi sendiri berasal dari kependekan pulau-pulau besar yang berada di kepulauan tersebut, yaitu Wangi-wangi, Kaledupa, Tomea dan Binongko. Wakatobi terkenal dengan keindahan alam bawah lautnya yang masih natural dan terjaga kelestariannya. Oleh karena itu, Wakatobi dijadikan salah satu taman nasional untuk menjaga keanekaragaman hayati laut. Dengan keindahan alam bawah laut nan eksotis tersebut, Wakatobi menjadi salah satu tujuan wisata bagi wisatawan asing maupun wisatawan dalam negeri. Penduduk Wakatobi sendiri terdiri dari beberapa suku, salah satunya adalah suku Bajo yang mendiami sedikit bagian dari kepulauan Wakatobi. Suku Bajo menetap di atas perairan Wakatobi dengan tinggal di rumah-rumah panggung. Oleh karena itu, mereka menjadikan perahu sebagai alat transportasi utama untuk berpindah dari satu pemukiman ke pemukiman lainnya atau ke tempat-tempat umum seperti sekolah dan lainnya. Mata pencaharian utama suku Bajo adalah nelayan, pria suku Bajo akan pergi melaut selama beberapa hari kemudian kembali dengan hasil tangkapan mereka.


Itulah sedikit gambaran tentang Wakatobi dan suku Bajo yang menempati kepulauan tersebut. The Mirror Never Lies mengangkat kehidupan suku Bajo dalam skala kecil dan juga memperkenalkan keindahan pesona alam Wakatobi. Cerita dari The Mirror Never Lies sendiri berkisar pada Pakis (Gita Lovalista), seorang anak perempuan suku Bajo yang selalu menunggu ayahnya untuk kembali. Ayah Pakis meninggalkan sebuah cermin untuknya yang selalu dibawa Pakis kemana pun ia pergi. Tayung (Atiqah Hasiholan), ibu Pakis berusaha menutupi dan mengingkari suaminya yang hilang tersebut dengan selalu menggunakan bedak pupur yang merupakan tradisi wanita suku Bajo. Di saat yang bersamaan hadir Tudo (Reza Rahadian), seorang peneliti lumba-lumba yang datang dari Jakarta. Tudo yang selama berada di Wakatobi menempati rumah yang dimiliki Tayung. Kehadirannya justru menimbulkan konflik antara Tayung dan juga anaknya Pakis, mengingat rumah itu pernah ditinggali oleh ayahnya dan Pakis tidak ingin rumah itu ada yang menempatinya.


The Mirror Never Lies merupakan sebuah karya sutradara muda Kamila Andini, anak dari Garin Nugroho, sutradara kenamaan Indonesia yang telah menelurkan karya-karyanya seperti Opera Jawa, Under the Tree dan masih banyak film lainnya. Kali ini dalam The Mirror Never Lies, Garin hanya berperan sebagai produser. The Mirror Never Lies merupakan karya debut dari Kamila Andini. Di sini ia dibantu oleh beberapa nama seperti Rachmad Syaiful sebagai sinematografer, Tomy D. Setyando sebagai art director, Khikmawan Santosa sebagai sound designer dan beberapa nama lainnya yang mungkin sudah tidak asing lagi di dunia perfilman. Walaupun membawa nama besar ayahnya, Kamila Andini tidak serta merta memanfaatkan sosok ayahnya demi mendongkrak popularitasnya. Justru dengan film ini, Dini begitulah ia disapa ingin menunjukkan bahwa kualitasnya sebagai sutradara tidak kalah dibandingkan sang ayah. Dalam The Mirror Never Lies, ia menggandeng WWF Indonesia dan pemerintah kabupaten Wakatobi dimana mereka sangat mendukung dengan membantu pendanaan film ini.

The Mirror Never Lies menghadirkan cerita dengan alur yang lamban tapi terasa mengalir dengan baik. Dalam bercerita, secara tidak langsung film ini juga mengeksploitasi keindahan kepulauan Wakatobi baik itu pemandangan di atas laut maupun pemandangan bawah laut tak heran bila ketika usai menonton film ini anda akan berkeinginan untuk menikmati keindahan Wakatobi secara langsung. Selain itu film ini secara tidak langsung juga membawa kita ke dalam kehidupan masyarakat suku Bajo. Masyarakat yang masih kental dengan budaya adat istiadatnya dan juga kehidupan suku Bajo yang kental dengan unsur maritim, seperti bagaimana mereka berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya menggunakan perahu atau pun saat anak-anak suku Bajo pergi ke sekolah yang juga menggunakan perahu. Secara dialog, The Mirror Never Lies menghadirkan dialog yang sebagian besar didominasi bahasa asli suku Bajo. Bahkan Atiqah Hasiholan, pemeran Tayung dituntut untuk bisa berbahasa Bajo. Segmentasi sebagai film tentang keindahan dan pelestarian alam cukup terlihat dari dialog-dialog yang disajikan di film ini, beberapa sindiran halus cukup terasa. Tidak heran bila WWF Indonesia terlibat dalam produksi film ini.

Film ini didukung oleh dua artis ternama yaitu Atiqah Hasiholan dan Reza Rahadian. Atiqah yang dalam film ini berperan sebagai seorang wanita suku Bajo dituntut untuk bisa berbahasa Bajo. Tidak mudah bagi Atiqah untuk bisa berbicara bahasa bajo dan dengan logat bajo. Tetapi nyatanya Atiqah berhasil melakukan itu semua dengan cukup baik. Selain Atiqah Hasiholan dan Reza Rahadian, The Mirror Never Lies juga didukung oleh pemeran asli dari suku Bajo yaitu Gita Lovalista yang berperan sebagai Pakis. Walaupun ini merupakan penampilan pertamanya di dunia akting, tapi ia berhasil memerankan perannya sebagai Pakis dengan cukup baik tanpa terlihat kaku. Selain Gita ada dua pemeran lain yang juga berasal dari suku Bajo yaitu Eko yang berperan sebagai Lumo dan Zainal yang berperan sebagai Kutta. Keduanya adalah sahabat Pakis yang selalu menemani Pakis ketika mereka bermain. Lumo selalu hadir dengan kelucuannya dan diam-diam Lumo memiliki perhatian tersendiri terhadap Pakis. Sedangkan Kutta adalah sahabat Pakis yang pandai berpuisi dan suka bernyanyi lagu-lagu Melayu. Jangan salah, Zainal sang pemeran Kutta pun ini aslinya memiliki suara yang bagus lho.

The Mirror Never Lies mengingatkan saya pada Jermal, film Indonesia produksi tahun 2009 yang diperankan oleh Didi Petet. Kedua film ini sama-sama bersetting di atas laut dan memiliki konflik yang hampir mirip. Apa yang dilakukan oleh Kamila Andini dalam membuat The Mirror Never Lies patut diacungi jempol, selain sebagai film perdananya, ia cukup berhasil membangun film ini bukan hanya sebagai film yang berseni tapi juga menghibur, tidak hanya dalam cerita tetapi caranya mengeksploitasi keindahan alam Wakatobi benar-benar mengagumkan.


RATE : 4 / 5

5 comments:

  1. Galaksi Butuni said...:

    waaaahhhh bagussss......... akhirnya kampung halaman... muncul juga...!!!!

  1. Henra_Nusba said...:

    pnjng film hnya 2 mnit ja kh???

  1. flik_kenni said...:

    ^^ filmnya hampir 2 jam

  1. vyan samemong said...:

    gimana cara mendonload film itu

  1. Unknown said...:

    kok ndak ada d youtube ?

Post a Comment