In a Better World / Hævnen (2010)

Labels: , ,


Setelah meraih penghargaan Golden Globe untuk kategori Best Foreign Language Film, In a Better World juga meraih penghargaan untuk kategori yang sama dalam Academy Awards mengalahkan 4 film lainnya yaitu Biutiful (Meksiko), Dogtooth (Yunani), Incendies (Kanada) dan Outside the Law (Algeria). Tentunya keberhasilan film ini dalam 2 ajang bergengsi tersebut menarik perhatian saya, apa yang istimewa dari film ini sehingga dapat meraih Academ Awards padahal saya sendiri menjagokan Incendies untuk meraih penghargaan tersebut. In a Better World adalah film asal Denmark yang disutradarai oleh Susanne Bier. Dari beberapa film yang dibuat olehnya seperti After the Wedding, Brothers atau Things We Lost in the Fire, hanya Brothers yang pernah saya tonton. Jadi tidak akan membandingkan In a Better World dengan film-film Susanne Bier sebelumnya. In a Better World sendiri bercerita tentang kehidupan 2 keluarga, bagaimana mereka menghadapi segala permasalahan dalam berbagai situasi. Haevnen sendiri dalam bahasa Indonesia berarti "balas dendam", mengartikan bagaimana karakter dalam film ini menanggapi berbagai macam "perbuatan" yang mereka alami entah itu baik ataupun buruk.

Christian baru saja kehilangan ibunya akibat penyakit kanker yang dideritanya. Christian dan ayahnya, Claus pindah ke Denmark dari London untuk tinggal di rumah neneknya. Di tempat barunya ini Christian bertemu dengan Elias yang selalu mendapat perlakuan buruk dari teman-temannya di sekolah. Christian yang tidak menyukai perbuatan mereka kemudian membalas dengan memukuli Sofus. Elias sendiri hidup dalam sebuah keluarga dimana Ayah dan Ibunya terancam bercerai. Anton, ayah Elias bekerja di sebuah kamp pengungsian sebagai dokter sementara ibunya, Marianne yang juga seorang dokter tinggal bersama Elias dan Morten. Anton yang jarang di rumah membuat keharmonisan dalam keluarga tersebut luntur. Christian kemudian bersahabat dengan Elias, sayangnya Christian memberikan pengaruh buruk terhadap Elias. Seperti mengajak Elias untuk pergi ke atap sebuah bangunan yang sangat tinggi atau mengajarkan Elias untuk selalu membalas segala perbuatan yang dilakukan orang lain entah itu kepada mereka atau keluarga mereka. Selain masalah di dalam keluarga masing-masing, berbagai konflik lain muncul, seperti pemukulan terhadap ayah Elias yang membuat Christian ingin membalasnya atau Anton, ayah Elias yang mengalami banyak tantangan dalam tugasnya sebagai dokter di sebuah kamp pengungsian.

Penghargaan dalam Golden Globe dan Academy Awards membuat saya cukup berekspektasi banyak terhadap film ini dan ternyata film ini berhasil menampilkan sebuah tontonan yang cukup menarik. Sebuah drama kehidupan yang cukup kental dengan konfliknya yang mungkin banyak dialami oleh keluarga yang kurang harmonis. Keluarga Elias dimana Ayahnya yang jarang berada di rumah membuat ibunya menginginkan perceraian. Lalu keluarga Christian yang menganggap ayahnya senang ketika ibunya meninggal dunia, karena Christian menganggap saat ibunya bertarung menghadapi penyakit kankernya, ayahnya malah berselingkuh dengan wanita lain. Kedua keluarga ini sepertinya cukup menggambarkan bagaimana keluarga yang kurang harmonis. In a Better World ingin menunjukkan bagaimana masing-masing karakter dalam dua keluarga ini menghadapi masalahnya masing-masing dan mengikuti bagaimana perjalanan karakter mereka. Konflik yang disajikan sendiri cukup beragam. Mulai dari konflik dalam keluarga hingga konflik yang mereka alami dengan lingkungan sekitar mereka. Sayang, banyaknya konflik ini malah membuat beberapa konflik seolah-olah tanpa penyelesaian, bahkan hingga film ini selesai kita dibuat untuk menebak apa yang dialami si A atau si B yang terlibat konflik dengan mereka. Selain konflik tersebut, film ini juga sedikit mengangkat masalah rasial, seperti ayah Elias yang orang Swedia atau perlakuan teman-teman Elias di sekolah terhadapnya, namun konflik seperti ini tidak terlalu dibahas. Padahal jika konflik ini dibahas lebih lanjut bisa menjadi nilai tambah In a Better World.

Selain cerita, kekuatan lain dari In a Better World adalah akting masing-masing pemeran yang patut diacungi jempol. Susanne Bier berhasil mengarahkan mereka dengan baik sehingga membentuk karakter-karakter yang cukup kuat. Seperti Mikael Persbrandt yang memerankan Anton, ayah dari Elias, berhasil menjadi ayah yang baik bagi Elias dan Morten. Selain itu yang patut diacungi jempol adalah William Jøhnk Nielsen yang berperan sebagai Christian. William berhasil menciptakan karakter Christian yang sangat khas dengan gayanya yang pendiam tapi sebenarnya dalam dirinya penuh emosi yang tidak diduga-duga. Selain dua di atas memang pemeran lain tidak terlalu menonjol. Tapi setidaknya mereka dapat menggambarkan masing-masing karakternya dengan cukup baik.

Walaupun dengan tema cerita yang bisa dibilang bukanlah sesuatu yang baru, namun In a Better World berhasil tampil menjadi sebuah film yang bisa dinikmati dan film ini seolah-olah ingin menunjukkan perubahan karakter mereka untuk bisa hidup dalam dunia yang lebih baik tanpa konflik dan kekerasan. Konflik yang cukup beragam serta keberhasilan Susanne Bier mengarahkan masing-masing pemeran dalam memerankan karakter masing-masing membuat In a Better World masih cukup pantas untuk meraih penghargaan film terbaik untuk kategori Best Foreign Language Academy Awards 2011. Walaupun saya sendiri masih lebih menyukai Incendies ketimbang In a Better World. Well Done...


RATE : 4.5 / 5

0 comments:

Post a Comment