Love In Perth (2010)


Dari banyaknya film Indonesia yang dirilis pada tahun 2010, beberapa film mengambil latar di luar negeri, Love In Perth adalah salah satunya. Setelah Minggu Pagi di Victoria Park yang berlatarkan kota Hongkong, kali ini seperti judulnya Love In Perth mengambil latar di kota Perth, Australia. Disutradarai oleh Findo Purnowo, Love In Perth merupakan drama percintaan remaja yang dibintangi oleh 3 penyanyi remaja yaitu Gita Gutawa, Derby Romero dan Petra Sihombing. Walaupun begitu, Love In Perth bukanlah drama musikal, kemampuan mereka dalam bernyanyi hanyalah sebagai pengisi soundtrack film ini. Bercerita tentang Lola (Gita Gutawa) yang mendapatkan beasiswa untuk melanjutkan sekolahnya di Perth. Dalam perjalanannya Lola bertemu dengan Dhany (Derby Romero) yang ternyata juga bersekolah di tempat yang sama. Dhany sendiri adalah anak orang kaya, sehingga bagi dia untuk sekolah di Perth adalah sesuatu yang biasa. Awal pertemuan yang tidak berjalan dengan baik, dimana antara Lola dan Dhany selalu terjadi pertengkaran ditambah lagi teman satu kamar Lola, Tiwi (Michella Putri) yang sangat jutek semakin menambah kekesalan Lola. Untungnya Lola bertemu dan berkenalan dengan Ari (Petra Sihombing) yang selalu menemani Lola disaat ia sedang sedih. Suatu hari saat Dhany sedang kesulitan dengan tugas sekolahnya, Lola justru membantunya yang membuat hubungan antara keduanya semakin dekat hingga tumbuh kisah cinta antara Lola dan Dhany. Di sisi lain, Tiwi yang juga menyukai Dhany memusuhi Lola, sementara diam-diam Ari juga menaruh hati kepada Lola. Jadi, siapakah yang akan dipilih Lola antara Dhany yang sering membuat Lola kesal tetapi menyukainya atau Ari yang selalu ada di sampingnya saat ia merasa sedih.


Love In Perth mungkin tidak jauh berbeda dengan film dengan tema sejenis seperti Eiffel, I'm In Love atau film sejenis lainnya. Tapi bagi saya, saat menonton film ini lebih mengingatkan saya pada Ada Apa Dengan Cinta. Mulai dari alur cerita hingga dialognya yang memiliki banyak kemiripan. Skenario film ini sendiri ditulis oleh Titien Wattimena yang mungkin sudah tidak asing lagi namanya bagi pecinta film Indonesia. Film terakhir yang ditulisnya sebelum ini adalah Minggu Pagi di Victoria Park, dimana saya sangat menyukai film tersebut baik dari alur cerita hingga dialognya pun sangat mendalam. Ketika mendapati dia yang menulis Love In Perth membuat saya sedikit berekspektasi terhadap film ini. Memang keseluruhan cerita tidak mengecewakan, dialog yang dimasukkan pun sangat khas dengan kehidupan remaja masa kini. Bahkan ada beberapa dialog yang menempel di kepala saya setelah selesai menyaksikan film ini. Sayangnya tidak ada sesuatu yang istimewa yang disajikannya. Untuk sutradara, ditangani oleh Findo Purwono yang pada tahun 2010 juga merilis tiga film lain yaitu Menculik Miyabi, Lihat Boleh Pegang Jangan dan Hantu Tanah Kusir dimana ketiganya merupakan film yang kontroversial dan sangat bertolak belakang dengan Love In Perth, dimana ketiga film tersebut sedikit berbau sex sedangkan Love In Perth sendiri murni drama percintaan tanpa embel-embel sex sedikit pun. Nama Findo sendiri sudah sangat erat dengan Maxima Pictures yang film-filmnya sendiri hampir selalu penuh kontroversi. Sepertinya Findo ingin membuktikan bahwa ia dapat membuat film yang berkualitas. Memang skenario yang dibuat oleh Titien Wattimena sangat berpotensi untuk membuat Love In Perth ini sebuah film yang mungkin bisa disejajarkan dengan AADC atau lainnya, sayangnya Findo gagal memanfaatkan potensi itu sehingga Love In Perth sendiri tidak menampilkan sesuatu yang istimewa. Sisi lain dari film ini adalah pengambilan gambar landscape kota Perth yang begitu menawan cukup memanjakan mata saya.

Untuk peran sendiri, bagi Gita Gutawa dan Derby Romero mungkin untuk tampil dalam film tidak asing lagi bagi mereka tapi bagi Petra, ini merupakan penampilan pertamanya di film bioskop. Sebagai permulaan, perannya sebagai Ari di sini tidaklah buruk bahkan menurut saya cukup baik untuk seorang yang baru saja mendalami dunia akting. Sedangkan bagi Derby Romero ini merupakan film layar lebar pertamanya setelah ia beranjak remaja. Film terakhirnya yaitu Janus Prajurit Terakhir dibuat pada saat ia masih anak-anak. Setelah itu Derby lebih sering terlihat di sinetron. Kembalinya ia dalam film layar lebar tidak memberikan sesuatu yang istimewa, sebagai Dhany penampilannya biasa saja tidak bedanya dengan penampilannya di sinetron. Lalu Gita Gutawa dimana pada film ini merupakan pertama kalinya ia tampil langsung di layar setelah pada film Meraih Mimpi ia hanya sebagai pengisi suara saja. Karakter Lola sendiri sepertinya cukup menggambarkan Gita yang periang dan religius sehingga tidak sulit baginya memerankan Lola. Selain mereka bertiga ada Michella Putri yang berperan sebagai Tiwi yang menjadi teman kamar Lola tapi juga selalu memusuhi Lola. Perempuan keturunan Yogya-Kanada ini cukup baik memerankan perannya sebagai seseorang yang jutek. Yang sangat disayangkan adalah beberapa peran pendukung lain, seperti teman Dhany dimana beberapa dari mereka aktingnya terlihat kaku.

Love In Perth sebenarnya memiliki banyak potensi untuk menjadi drama percintaan remaja yang berkualitas, sayangnya skenario yang ada gagal dieksekusi dengan baik oleh sang sutradara membuat Love In Perth tidak jauh berbeda dengan film drama percintaan kebanyakan. Padahal ketika mengetahui Titien Wattimena yang membuat skenario ini sedikit menambah ekspektasi saya pada Love In Perth, mengingat apa yang dilakukannya dalam Minggu Pagi di Victoria Park yang membuat saya cukup berkesan. Setidaknya ada beberapa hal mulai dari scene hingga dialog yang 'memorable' dalam konteks yang positif. Love In Perth tidak terlalu buruk untuk menutup parade film Indonesia di tahun 2010.


RATE : 3 / 5

1 comments:

  1. Anonymous said...:

    criita'a bgus
    Lngsung bsa di phami
    wLaupun hanya teks

Post a Comment